Surabaya, TajukJurnalis.net – Gerakan persatuan organisasi Semangat Bersatu Pemuda Indonesia Jaya (SBPIJ) bersama Arek Suroboyo Bergerak (ASB) kembali menggelar aksi demonstrasi di depan Mapolda Jawa Timur, Kamis (8/5/2025). Mereka mendesak pihak berwenang segera menuntaskan kasus penahanan ijazah yang melibatkan owner perusahaan UD. Sentoso Seal, Jan Hwa Diana.
Para demonstran menilai tindakan penahanan ijazah tersebut telah merugikan masyarakat Kota Surabaya, terutama para pekerja yang terdampak langsung. Hingga kini, belum ada langkah konkret dari pemerintah terkait penyelesaian kasus yang dinilai meresahkan ini.
“Kami melihat ini sebagai bentuk ketidakadilan yang tidak bisa dibiarkan. Banyak masyarakat yang dirugikan, dan pemerintah seharusnya bertindak tegas,” ujar Feris Brewok, juru bicara aksi, di tengah kerumunan massa. Ia menambahkan bahwa pihaknya akan terus mengawal kasus ini hingga ada kejelasan hukum yang nyata.
Setelah aksi di Mapolda Jatim, massa melanjutkan unjuk rasa ke kantor Gubernur Jawa Timur di Jalan Pahlawan, Surabaya. Di sana, mereka menyampaikan aspirasi secara langsung kepada Gubernur Khofifah Indar Parawansa.Dalam orasinya, para demonstran meminta Gubernur bersikap netral dan mencabut pernyataan yang dianggap tidak tepat terkait kasus tersebut. Tuntutan itu disampaikan dengan lantang, menggema di antara sorak-sorai massa yang terus mengibarkan spanduk dan poster tuntutan.
“Kami menuntut Gubernur mencabut pernyataan yang sudah disampaikan, karena bagi kami proses kasus ini masih berlangsung. Jangan sampai ada angin segar bagi para pelaku penahanan ijazah,” seru salah satu orator dengan suara tegas.
Mereka juga mengingatkan Gubernur bahwa ia dipilih oleh masyarakat Jawa Timur, termasuk warga Surabaya yang mempercayakan suara mereka kepadanya. Tekanan massa kian meningkat ketika orator mengingatkan bahwa keadilan sosial tidak boleh tunduk pada kepentingan kapitalis.
“Anda dipilih oleh arek-arek Suroboyo, jangan sampai berpihak pada kaum kapitalis,” pungkasnya, diikuti gemuruh dukungan dari para pengunjuk rasa.
(Hairil Anwari)