Tajukjurnalia.net, Histori Merangin sebagai kota beriman “bersih,rapi indah dan nyaman sudah mulai terlupakan dalam penerapannya.
Ini bisa kita lihat hari-hari Merangin berkutat dengan sampah.
Mulai dari pasar baru, jalan menuju pesantren, ujung jalur semua memberitakan sampah di Merangin. Betapa sampah membuat gerah pemandangan. Pemerintah sendiri sepertinya sudah mulai kewalahan mengurusinya.
Kenapa sampah menjadikan dilema bagi Merangin. Penduduk yang semakin banyak atau kesadaran masyarakat yang kurang menyadari akan pentingnya kebersihan lingkungan.
Penulis tahu, pemerintah Merangin pernah mengutus beberapa orang kepala desa ke Jawa untuk belajar untuk mengelola sampah. Tapi entah mengapa kelanjutan dari pendiklat ini tidak berujung.
Penulis juga tahu, budayawan Merangin ‘ ibu Ratna Kawi ” mendapat bantuan bangunan dan alat yang bisa di berdayakan sebagai ” bank sampah ” tapi kembali tanpa ada gebrakkan yang seknifikan yang bisa membantu menyelesaikan masalah sampah.
Masalah sampah di Merangin adalah puncak gunung es. Kecil di permukaan tapi melebar jauh kedalamannya, siap meletuskan masalah.
Perlu di garis bawahi, sampah bukan tanggung jawab segelintir orang tapi tanggung jawab bersama. Setiap individu harus mengerti mengenai kebersihan. Mulailah dari rumah kita, mulailah memilah sampah yang organik dan non organik. Kita bisa buangnya dengan wadah terpisah.
Nah, momen lebaran ini kita bisa memilah sampah kaleng, botol bekas minuman masukkan karung ( plastik ) yang tidak di campur dengan sampah dapur. Ini akan sangat membantu, memisahkan sampah yang bisa di daur ulang.
Sering terjadi, sampah yang berceceran di sebabkan oleh pemulung yang mencari botol- botol bekas. Ini bisa sedikit meringankan pekerjaan pemulung yang juga mengurangi pekerjaan Dinas tata kota. Pada akhirnya memperbaiki sedikit wajah Merangin. Yuk, benahi wajah Merangin menjadi lebih bersih.
# nopi ( Evi Ridwan ).