SAMPANG, tajukjurnalis.net – Ribuan anak dari berbagai satuan PAUD dan TK se-Kabupaten Sampang mengikuti kegiatan Manasik Haji 2025 yang digelar HIMPAUDI di Alun-Alun Trunojoyo, Rabu (12/6). Kegiatan ini menjadi panggung besar bagi pembelajaran spiritual anak usia dini sekaligus momentum penyampaian aspirasi dari para guru PAUD nonformal yang hingga kini masih berjuang untuk mendapatkan pengakuan setara.
Anak-anak mengenakan pakaian ihram mini dan mengikuti tahapan manasik secara simbolik, mulai dari thawaf, sai, hingga lontar jumrah. Namun di balik suasana semangat dan religius itu, tidak sedikit orang tua dan guru mengeluhkan sistem pelaksanaan yang dinilai kurang matang. Antrean panjang dan sistem giliran membuat banyak peserta kelelahan menunggu. Beberapa sekolah bahkan memilih pulang sebelum sempat mengikuti praktik manasik karena waktu yang tidak kunjung jelas.
“Kami sudah datang pagi, tapi giliran tidak kunjung dipanggil. Akhirnya anak-anak capek dan kami pulang,” ujar seorang guru PAUD dari wilayah utara Sampang.
Perbandingan dengan pelaksanaan tahun sebelumnya juga menjadi sorotan. Jika dulu proses bisa dilakukan serempak dan terstruktur, maka tahun ini sistem bergilir justru memperlambat ritme dan mengurangi kualitas pengalaman anak. Kurangnya fasilitas serta keterbatasan teknis pun turut diperbincangkan. Informasi dari surat internal menyebut panitia hanya mengandalkan fasilitas dasar, yang dinilai tidak proporsional untuk kegiatan sebesar ini.
Meski demikian, agenda manasik ini tetap membawa makna penting dalam perjuangan para guru PAUD nonformal. Wakil Ketua TP PKK Sampang, Nyai Hj. Sariroh Mahfudz, dan Anggota DPRD Komisi IV, Fauzi, sama-sama menegaskan komitmen mereka untuk memperjuangkan nasib para pendidik nonformal. Ketua HIMPAUDI Sampang, Rosul, M.Pd., secara tegas menyatakan bahwa kegiatan ini bukan semata pengajaran ibadah, tapi juga suara kolektif menuntut keadilan.
“Sudah saatnya peran guru PAUD nonformal diakui secara setara. Kami tidak hanya mengajar, kami membentuk karakter bangsa,” tegas Rosul.
Pelaksanaan tahun ini memperlihatkan semangat besar dari peserta, namun juga menyisakan catatan serius pada aspek manajemen teknis. HIMPAUDI berharap pemerintah daerah bisa lebih peka dan responsif, tidak hanya dalam bentuk dukungan simbolik, tapi juga kebijakan konkret yang berpihak pada kesejahteraan dan pengakuan tenaga pendidik nonformal.
Hairil Anwari