Sampang, tajukjurnalis.net –
Proyek pembangunan lapangan sepak bola di kawasan Sampang Sport Center (SSC), Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Dalpenang, Kabupaten Sampang, kembali menjadi sorotan publik. Setelah sempat mangkrak dan akhirnya dituntaskan dengan dana APBD 2024 sebesar Rp2,5 miliar, lapangan tersebut kini justru kembali terbengkalai tanpa pemanfaatan yang berarti.
Informasi ini saya dapatkan langsung dari hasil pantauan lapangan hari ini, serta dari perbincangan bersama rekan-rekan media lokal lainnya. Beberapa menyebut bahwa lapangan memang telah selesai dikerjakan secara fisik, namun belum pernah dimanfaatkan sebagaimana tujuan awalnya. Tidak ada aktivitas latihan, event olahraga, atau kegiatan pembinaan atlet di lokasi tersebut.
Kondisi faktual ini juga diperkuat oleh laporan TribunJatim.com (6 Oktober 2024), yang menyebutkan bahwa pembangunan lapangan hanya mencakup penanaman rumput dan saluran drainase, sementara lintasan lari belum dianggarkan dan belum dapat digunakan. Bahkan saat itu proyek masih dalam proses tender pasca-kualifikasi.
Seorang warga asli Kelurahan Dalpenang berinisial “T”, yang saya temui langsung di sekitar lokasi, menuturkan kekesalannya. “Lapangan ini tidak bermanfaat seperti yang diharapkan. Rumputnya sudah tinggi seperti ladang, tidak ada kegiatan apa pun,” ujarnya sambil menunjukkan area lapangan yang ditumbuhi ilalang.
Sebelumnya, DPRD Sampang melalui Pansus LKPj 2024 juga telah mengkritisi kualitas teknis proyek ini. Kontur tanah lapangan disebut lebih rendah dari saluran drainase, berpotensi menyebabkan genangan air dan menyulitkan pemanfaatan jangka panjang.
Alih-alih menjadi pusat pengembangan olahraga dan pemuda seperti yang dijanjikan dalam visi “Sampang Hebat Bermartabat Plus”, proyek lapangan SSC justru mencerminkan lemahnya pengelolaan, minimnya evaluasi, dan ketidaksiapan pemerintah daerah dalam menjamin fungsi dan keberlanjutan fasilitas publik.
Ketiadaan program, kegiatan, dan pengelolaan pasca-proyek membuat lapangan SSC kini berisiko menjadi simbol pemborosan anggaran. Jika kondisi ini terus berlanjut tanpa koreksi nyata, maka kepercayaan publik terhadap program pembangunan akan terus tergerus.
Hairil Anwari