www.tajukjurnalis.net, Aceh –
Kordinator Front Anti Kejahatan Sosial, Ronny H, mendesak Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution untuk segera menertibkan seluruh relawan pendukungnya yang masih berisik, meski pun persoalan 4 pulau antara Aceh dan Sumut sudah selesai dalam suasana damai.
Para relawan pendukung gubernur Sumut itu diduga sakit hati pada salah seorang netizen warga Aceh yang sangat kesal oleh pernyataan gubernur Sumut itu sehingga diduga menghina dan melecehkan istri sang gubernur. Namun kini polemik terus berkembang, bahkan nyaris menyerempet isu SARA yang sangat berbahaya.
” Kami mendesak gubernur Sumut segera menertibkan para pendukungnya itu, silahkan tempuh jalur hukum itu hak mereka, tapi jangan lagi dibesar – besarkan masalah hingga melenceng ke arah lainnya, apalagi diduga menyerempet isu SARA, bahkan ingin merelokasi napi asal Aceh, sangat berbahaya jika hal – hal sensitif seperti itu dikembangkan, apalagi jika nanti ada aksi balasan,” Kata Aktivis HAM Aceh, Ronny H, Jumat 20 Juni 2025.
Ronny mengingatkan agar gubernur Sumut mempertimbangkan dampak dari gerakan diduga relawan pendukungnya itu yang bisa membahayakan hubungan dan keselamatan warga dua daerah bertetangga itu.
” Ini kan kasus pulau sudah selesai, mestinya semuanya kembali ke kehidupan masing – masing seperti sedia kala, antara Aceh dan Sumut ini bertetangga bahkan bersaudara ibarat kakak-beradik dalam segala aspek kehidupan, lagian orang Aceh tidak berselisih dengan warga sumut, tapi dengan gubernur Sumut dan ketua DPRD nya, bahkan banyak warga Sumut dan rakyat Indonesia lainnya yang justru membela rakyat Aceh soal 4 pulau itu, kecuali sekelompok relawan Bobnas itu,” ungkap putera Idi Rayeuk tersebut.
Ronny mengajak semua pihak, terutama masyarakat Sumatera Utara dan juga masyarakat Aceh untuk tidak ikut – ikutan terpancing apalagi memancing keributan atau mencari gara – gara, apalagi ke arah isu SARA yang sangat berbahaya. Dia mengajak masyarakat berpegang teguh pada kebenaran dan keadilan, dan mencita – citakan hidup damai serta menjunjung tinggi nilai – nilai persaudaraan dan kemanusiaan.
” Masalah 4 pulau sudah selesai, jangan ada rasa kalah menang di sini, karena rakyat Aceh hanya memperoleh kembali hak miliknya, jadi tidak ada pula yang dikalahkan, dan jangan pula ada niat jahat yang ingin membenturkan ego watak – watak rasis yang kejam dan mengancam kemanusiaan, kita ini sama – sama ciptaan Tuhan, dimata Tuhan kita sama, tak ada beda suku bangsa, kecuali amalan kita,” ungkapnya.
” tak ada suku paling tinggi dan tak ada yang paling rendah dan hina di mata Tuhan, kecuali para pendosa, dan hanya orang – orang berakhlak mulia dan beriman saja yang meyakini itu semua, kecuali para iblis yang suka mengadu domba sesama umat manusia,” tegas Ronny.
Dia berharap gubernur Sumatera Utara serta pendukungnya bisa berjiwa besar dan benar – benar mau menertibkan para pendukungnya itu, jangan sampai menyulut provokasi lebih luas sehingga dampaknya sangat berbahaya hingga tak bisa dipadamkan.
” Kita jangan terprovokasi, karena orang Aceh banyak di Medan, orang Medan atau Sumut pun banyak di Aceh, bahkan berkeluarga dengan orang Aceh di sini, semuanya hidup rukun damai dan berdampingan dalam semangat persaudaraan selama ini sebelum adanya isu pulau, jadi jangan sampai saling benci dan bermusuhan, apalagi dihasut oleh segelintir orang hanya demi kepentingan pribadi dan kelompoknya, jangan mau kita diadu domba,” ujar Ronny.
” Kita mesti ingat isu SARA sangatlah berbahaya, contohnya kasus Poso, Sampit dll di masa lalu, semuanya sangat pedih dan menyakitkan dampaknya, semua itu mesti jadi pelajaran dan pengalaman,jadi kita semua mesti menahan diri dan berjiwa besar, jangan gara – gara kita sok – sok jago, banyak orang tak berdosa harus menanggung akibatnya,” tegas aktivis HAM Aceh itu.
Dia juga berharap semua pihak bisa menahan diri serta menjaga perdamaian, hingga nantinya kehidupan antara warga Aceh dan Sumut bisa normal kembali seperti semula, dan kehidupan bisa berlangsung seperti sedia kala, baik secara sosial, ekonomi dan lainnya.
” Ya mudah – mudahan semua ini bisa segera disudahi dan jadi pelajaran bagi kita semua, rakyat Aceh dan sumut bisa kembali hidup berdampingan, bisa kembali berbisnis, hubungan dagang, transportasi, pembangunan dan segala hal lainnya yang selalu dalam kondisi saling support dan kerjasama untuk kehidupan bersama yang lebih baik di masa depan,” ungkap alumni Universitas Ekasakti itu menutup keterangannya.
( BM.MH)