Tajukjurnalis.net, Toko berangkai vs toko kompesional.Penulis termanggu melihat ramai di perbincangkan toko berangkai ( Indomaret, Alfamart dsb ) yang seolah- olah merebut pasar ( rezeki ) toko- toko konpesional yang berada di sekitar toko berangkai di media sosial ( medsos ).
Banyak sekali yang menyetujui dan malah ada yang mengusulkan keberadaan toko berangkai itu hanya satu untuk satu kecamatan saja.
Tanpa mengetahui apa konsep sebenarnya toko berangkai itu. Bagaimana dampak dan terdampaknya bagi pendapatan daerah maupun nasional.
Secara garis besarnya, seorang pelaku usaha yang ingin bermitra dengan toko berangkai harus berbadan hukum berupa PT atau CV di bidang retail. Untuk lebih mepahami konsepnya anda bisa membaca tulisan saya sebelumnya ” Fakta mengejutkan tentang Indomaret. ‘
Jadi sebelum bermitra dengan toko berangkai pelaku usaha tadi sudah bayar pajak PBB, pajak reklame, pajak kebersihan, bayar notaris dll. Seperti yang di syaratkan dalam perjanjian kerjasama ( harus berbadan hukum ).
Di dalam kemitraan ada laba yang di peroleh dari klafikasi usaha dalam hal ini modal, Semakin besar modal, semakin banyak item barang yang di pasarkan dan semakin besar pajak yang di bayarkan kepada pemerintah.
Perlu di garis bawahi, besarnya pajak yang di payarkan tidak mempengaruhi PPh yang di bayar pembeli. Setiap produk yang di beli pasti sudah di kenai PPh. Jadi satu pasta gigi atau sabun yang anda beli di toko berangkai sampai ke pemerintah daerah dan pusat ( pajaknya ). Pada akhirnya bisa kita nikmati semua.
Sedangkan pelaku usaha konpiosional ( toko kondisional ) tidak perlu membayar itu semua ( terkadang ada juga sebatas PBB, retribusi kebersihan atau keamanan ) namun tidak sebesar yang di bayarkan toko berangkai.
Barang yang keluarkan tidak di kenai PPh, walau terkadang sama atau lebih mahal dari toko berangkai itu sendiri. Satu pasta gigi atau sabun yang anda beli keuntungannya hanya untuk pedagang itu sendiri.
Untuk sekedar informasi, nilai rupiah kita melemah saat kini karena dampak kurangnya pajak yang terbayarkan. Nah mari kita bijak memahami yang terjadi di sekitar kita. Sebelum menghakimi yang tidak benar-benar kita ketahui.
# nopi ( Evi Ridwan )